Minggu, 23 November 2014

Parepare VS Makassar

Musim hujan sudah mulai menghampiri daerah indonesia bagian timur. Hampir di setiap sore guyuran hujan dari sedang hingga lebat mewarnai bumi Makassar, dan saya bersyukur untuk itu. Setidaknya keluhan mengenai Ac yang kurang maksimal semakin berkurang. Yah, begitulah saya dan sebagian dari kami di Kantor. Awalnya setelah dipindahkan dari bagian credit Parepare ke bagian Operation Makassar,  saya akan menangani operasional perbankan dan yg difikiran saya adalah jasa-jasa perbankan. Tapi ternyata General Affair di tempat saya bekerja kurang support untuk hal yang generali atau sifatnya maintanance, jadilah kami dibagian Operation turut menjadi teknisi unuk keadaan ATI yg sedang gangguan. Syukurnya saya memiliki manager yang handal dan berpengalaman untuk keluhan-keluhan yang seperti ini.

Flash back ke belakang, Awal Februari 2013, saya pertama kali berkantor di Makassar. Meninggalkan parepare, memang sangat berat apalagi jabatan yang ditawarkan di Makassar jauh berbeda dengan jabatan sebelumnya, banyak pertimbangan sampai akhirnya menetapkan hati untuk menjalaninya.Memang beberapa bulan sebelumnya, saya pernah sekali mengahadap ke manager operation Makassar, berharap ada posisi kosong untuk area di bawah supervisinya. Ada alasan kuat yang tidak enak menyebutkannnya disini yang mungkin membuat manager menerima tawaran saya. Hingga akhirnya FPDK (Formulir Perubahan Data Karyawan) saya terima dari manager Parepare. Well, saya akan meninggalkan parepare, mungkin selamanya kecuali untuk satu hati.
Memulai semuanya dari awal, semuanya sangat sulit. Yang saya andalkan hanyalah learning by doing  mulai dari deal-deal an dengan bank lain untuk memenuhi kebutuhan uang tunai cabang dan area. Me review budget hingga berusaha belajar ke sipilan.

Sama seperti saat pertama kali menginjakkan kaki di parepare, saya butuh teman diskusi, bedanya di parepare saya diberikan itu oleh Tuhan, hingga lepaslah semua kepenatan untuk satu hari bekerja. Di Makassar, saya harus berhadapan dengan langit malam yang kelam, macetnya jalanan daaan seorang diri menghilangkan penat. Berada diatas angkot yang penuh sesak dan otak yang penuh kesah, sangat tidak mengasikkan. Sampai di rumah pun, hanya makan secukupnya dan tertidur.
Tidak ada lagi cafe atau warung tempat ngobrol dengan orang lain, yang ada tidur lelap untuk menyambut esok hari.